
Di tengah meningkatnya ketegangan dan ancaman perang dengan China di Laut China Selatan, Filipina terus memperkuat militernya dengan menambah persenjataan canggih.
Panglima Angkatan Bersenjata Filipina, Jenderal Romeo Brawner, mengonfirmasi bahwa negaranya akan membeli lebih banyak rudal BrahMos dari India, serta dua kapal selam dalam rangkaian modernisasi besar-besaran yang sudah memasuki fase ketiga.
"Memiliki setidaknya dua kapal selam adalah impian kami," kata Brawner dalam pertemuan dengan para pemimpin bisnis pada Rabu (12/2/2025), dilansir Reuters.
Sebagai negara kepulauan, Filipina menyadari pentingnya memiliki kapasitas pertahanan bawah laut yang lebih kuat.
"Kita adalah negara kepulauan. Sangat sulit untuk mempertahankan seluruh wilayah ini tanpa keberadaan kapal selam," tambahnya.
Filipina telah mengalokasikan US$35 miliar dalam dekade mendatang untuk modernisasi militer yang dikenal sebagai program "Horizons", yang bertujuan untuk memperkuat pertahanan negara dan menghadapi ancaman dari China di wilayah maritimnya.
Filipina sebelumnya telah membeli sistem rudal BrahMos dari India senilai US$375 juta pada tahun 2022. Kini, negara itu akan menambah lebih banyak sistem rudal tersebut dalam beberapa tahun ke depan.
"Kami akan mendapatkan lebih banyak sistem ini tahun ini dan di tahun-tahun mendatang," ungkap Brawner.
Selain rudal BrahMos, Filipina juga berencana untuk membeli setidaknya 40 jet tempur jarak menengah untuk memperkuat kemampuan angkatan udara.
Dalam waktu dekat, Filipina juga akan menerima dua kapal korvet dari Korea Selatan. Tahun lalu, Manila dan Seoul meningkatkan hubungan mereka menjadi kemitraan strategis, yang membuka peluang kerja sama militer yang lebih erat.
Modernisasi militer Filipina dilakukan di tengah meningkatnya ketegangan dengan China di Laut China Selatan, yang disebut Filipina sebagai Laut Filipina Barat.
Brawner menegaskan bahwa aktivitas ilegal dan koersif China terus meningkat di perairan Filipina.
"Kami telah melihat peningkatan jumlah kapal di Laut Filipina Barat setiap hari," katanya.
Menurut data militer Filipina, pada 2021 terdapat sekitar 190 kapal China yang beroperasi di wilayah tersebut setiap harinya. Kini, jumlah itu melonjak menjadi rata-rata 286 kapal per hari.
Brawner juga mengkritik tindakan Beijing yang disebutnya sebagai "ilegal, koersif, dan menyesatkan" dalam menangani konflik maritim di wilayah itu.
Pihak kedutaan besar China di Manila belum memberikan tanggapan resmi mengenai klaim ini. Namun, Beijing sebelumnya selalu menegaskan bahwa semua tindakannya di Laut China Selatan sesuai dengan hukum internasional.
Sebagai bagian dari upaya memperkuat pertahanannya, Filipina juga terus meningkatkan kerja sama dengan berbagai negara. Saat ini, "kegiatan maritim gabungan" dengan Amerika Serikat dan Kanada sedang berlangsung di wilayah perairan Filipina di Laut China Selatan.
Selain itu, Manila juga berencana melakukan latihan militer bersama dengan Prancis, Italia, dan Inggris di masa mendatang.
Filipina juga berupaya mengajak Korea Selatan bergabung dalam kelompok "Squad", yang merupakan aliansi pertahanan antara Australia, Jepang, Filipina, dan Amerika Serikat.
Comments